Friday, June 24, 2011

DUNIA PENDIDIKAN MATEMATIKA INOVATIF KONTEMPORER

Rewrite UAS semester genap

Sumber:
http://powermathematics.blogspot.com
Perkuliahan filsafat selama satu semester oleh Pak Marsigit
1. Berikut skema besar yang memuat ontologi, epistemologi, dan aksiologi


2. Berikut skema SUMBU DUNIA sebagai abstraksi dunia pendidikan matematika


3. Fenomena belajar-mengajar matematika di sekolah
a. Proses belajar-mengajar matematika di sekolah masih berpusat pada guru. Program bahwa siswa sebagai subjek belajar belum terlaksana. Selama proses belajar siswa harus memperhatikan setiap hal yang dilakukan guru, entah itu kata-kata yang dijelaskan guru, maupun tuisan-tulisan yang ditulis guru di papan tulis. Guru masih berkedudukan sebagai pengajar matematika di mana matematika yang dipelajari siswa masih sepenuhnya dikenalkan oleh guru bukan berasal dari pikiran siswa sendiri. Padahal seperti diungkapkan oleh Pak Marsigit dalam perkuliahan filsafat, guru seharusnya tidak diposisikan sebagai pengajar matematika namun mempunyai tugas memfasilitasi, memonitoring, dan sebagai sumber belajar bagi siswa selama proses belajar berlangsung.
b. Strategi guru baik itu model pembelajaran maupun metode dalam menyampaikan matematika kepada siswa masih konvensional dan tradisional. Dari hasil observasi kelompok KKN-PPL di lapangan, kebanyakan dalam mengajarkan matematika guru menggunakan metode ceramah hampir dalam semua bab yang akan diajarkan kepada siswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan metode mengajar yang inovatif yang memungkinkan siswa berpartisipasi baik secara fisik maupun mental tidaklah mudah dipraktekkan. Selain itu, tidak semua materi pelajaran dapat disampaikan menggunakan metode yang inovatif, seperti eksperimen dan cooperatif. Namun demikian pembelajaran inovatif yang sulit diterapkan kepada siswa mampu memberikan manfaat yang cukup besar bagi siswa selaku subjek belajar. Peran aktif siswa yang dilibatkan dalam pembelajaan membuat siswa lebih menikmati proses pembelajaran yang berlangsung dan membuat siswa lebih memaknai pembelajaran yang dilakukan. Kemungkinan siswa untuk bosan dan seakan acuh terhadap pembelajaran matematikapun dapat dihindari.
c. Selama di sekolah, matematika yang saya kenal hanya sebatas matematika yang penuh dengan rumus-rumus instan yang dicatatkan guru di papan tulis. Pembelajaran seperti ini sangat merugikan siswa, walaupun kadang ini menguntungkan guru karena guru tidak perlu memutar otak bagaimana caranya agar siswa benar-benar mengetahui bagaimana cara mendapatkan rumus akhir yang ditulis di papan tulis. Siswa dimanjakan dengan rumus-rumus yang sudah jadi tanpa dibiasakan diberi kesempatan berpikir bagaimana memperoleh rumus tersebut dan digunakan untuk apa nantinya rumus tersebut. Seharusnya guru matematika menyadari bahwa mengajar adalah memberi kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa agar mampu menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri dengan bantuan gurunya. Itulah sebenar-benar constructivis, mengajar adalah memberi kesempatan seluas-luasnya agar para siswa mampu melakukan kegiatan diskusi dan melakukan kegiatan penelitian seperti yang ditulis Pak Marsigit dalam elegi “Menggapai Inovasi Pendidikan”.
d. Matematika tanpa alat peraga akan beku. Dari beberapa siswa yang saya temui di lapangan mengatakan bahwa matematika itu ilmu pasti tetapi begitu abstrak karena hanya teori belaka tanpa ada demonstrasi menggunakan alat peraga. Kebanyakan guru mengajar tanpa menggunakan alat bantu mengajar yang padahal akan sangat membantu dan mempermudah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Menurut saya, tidak selamanya matematika itu sekedar teori belaka. Memang tidak semua materi dapat dipelajari dengan alat bantu mengajar maupun alat peraga. Namun demikian tak sedikit juga materi yang dapat diajarkan menggunakan alat peraga seperti materi geometri. Padahal Pak Marsigit pernah menguraikan mengenai hakekat matematika dari bumi ke langit merentang dari benda konkret, skema, model, dan abstrak. Matematika sekolah merupakan matematika berupa benda konkret (usia SD), skema ( SD-SMP ), dan model ( SMP-SMA ) yang dapat diterapkan menggunakan alat bantu mengajar baik berupa alat peraga maupun benda-benda konkret yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
e. Situasi maupun kondisi belajar matematika kurang kondusif dan menyenangkan siswa. Kegiatan pembelajaran yang selalu dilakukan di kelas dengan posisi duduk berderet dan sejajar menurut saya sangat monoton dan membosankan siswa selaku pebelajar. Selain monoton, posisi duduk yang diterapkan kurang dapat mengontrol / memonitor kegiatan siswa karena yang termonitoring hanya siswa yang duduk di deretan depan, sehingga siswa yang dibelakang cenderung terabaikan dan enggan memperhatikan guru karena jaraknya cukup jauh. Untuk mengatasi jarak siswa dan guru dapat diatur tempat duduk melingkar seperti yang diterapkan Pak Marsigit selama perkuliahan karena lebih memusatkan perhatian siswa pada titik tengah yaitu guru.
f. Pendidikan sentral yang dilakukan pemerintah yang penuh dengan PERMEN pendidikan termasuk juga dalam pendidikan matematika menurut saya membebankan guru dan terlalu memaksa berpikir siswa. Walaupun kurikulum yang diberlakukan pemerintah saat ini berbasis KTSP namun banyaknya materi yang diajarkan distandarkan sama dan terus diatur oleh PERMEN yang ada. Guru walaupun diberi kebebasan mengatur pembelajaran menurut kemampuan siswa, namun tetap saja dipaksa menyelesaikan materi standar yang kadang waktunya begitu singkat sehingga tak jarang karena waktu yang mendesak guru melakukan tindakan mengebut dalam menyampaikan materi tanpa memperhatikan kemampuan siswa dalam berpikir. Kebebasan berpikir matematika cenderung dibatasi karena dipaksa menyelesaikan materi yang ada. Seharusnya PERMEN yang ada mampu mewakili kebutuhan belajar matematika siswa dan KTSP diganti dengan KBKS ( Kurikulum Berorientasi pada Kebutuhan Siswa ) seperti yang ditulis dalam Surat Terbuka Kepada Pak Presiden oleh Bapak Marsigit.
g. Evaluasi akhir matematika yang hanya diukur menggunakan UAN dalam bentuk soal pilihan ganda dirasa sangat memberatkan siswa. Sepertinya naif jika proses pembelajaran matematika yang telah berlangsung selama tiga tahun hanya dinilai menggunakan UAN. Soal bentuk pilihan ganda juga kurang bisa mengukur kemampuan matematika siswa. Aspek-aspek dalam matematika seperti komunikasi matematika, kemampuan pemecahan masalah matematika tidak bisa terwakili dan dinilai menggunakan soal pilihan ganda. Menurut saya soal objektif berbentuk pilihan ganda kurang akurat dalam mengukur kemampuan matematika siswa.
h. Adanya fenomena menyontek massal saat UAN termasuk dalam matematika di daerah Jawa Timur yang termuat di Nova edisi Juni 2011 membuktikan ketidakjujuran dalam dunia pendidikan di Indonesia. Proses pembelajaran yang dilakukan selama tiga tahun itu tidak murah dan membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Rasanya begitu memprihatinkan ketika harus dinodai oleh aksi menyontek massal yang anehnya didukung oleh pihak sekolah, komite sekolah, masyarakat, dan dinas pendidikan yang terkait. Buktinya, ketika ada pihak yang berusaha menguak aksi tersebut malah dipojokkan oleh pihak sekolah dan diusir oleh masyarakat. Pendidikan yang memanusiakan kok disalahgunakan oleh manusia itu sendiri.
4. Anti Tesis-Anti Tesis nya
a. Selama mempelajari matematika, siswa merupakan subjek belajar bukan guru. Dalam Elegi Meratapi Sang Ilmuwan Plagiat dan Guru Pemalsu PAK yang membahas siswa sebagai yang ada, pengada, dan mengada menggambarkan hakekat siswa sebagai subjek pendidikan. Siswa mempunyai keterampilan melakukan transformasi dari dunia satu ke dunia lain.
b. Pendidikan matematika yang inovatif tidak hanya menerapkan model pembelajaran yang konvensional menggunakan metode ceramah belaka, namun memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk membangun pikirannya dan berdiskusi. Kegiatan belajar-mengajar matematika tidak hanya sebatas ceramah namun perlu diinovasi yang mampu menampung kreativitas siswa dalam berpikir matematika. ( Elegi menggapai inovasi pendidikan bagian Inovasi3 )
c. Pembelajaran matematika yang bermakna adalah kegiatan belajar yang memungkinkan siswa untuk membangun sendiri pemikiran matematika dalam dirinya dengan kata lain menerapkan constructivisme bukan absolutisme. Seperti yang dipesankan Pak Marsigit dalam perkuliahan filsafat “ Setinggi-tingginya filsafat belajar matematika adalah jika sampai pada keadaan di mana siswa sendirilah yang menyadari bahwa matematika itu tak lain adalah dirinya sendiri”.
d. Menurut saya, pembelajaran matematika yang inovatif dan mudah dicerna siswa apabila menggunakan alat bantu mengajar tidak hanya sebatas spidol/ kapur dan papan tulis. Seperti dalam Inovasi5 dalam Elegi Menggapai Inovasi Pendidikan untuk menyongsong masa depan dalam teori tentang sumber belajar hendakny memanfaatkan lingkungan alam, lingkungan dan masyarakat serta segenap isinya termasuk alat peraga sebagai sarana alat bantu mengajar.
e. Situasi belajar yang kondusif dan menyenangkan menurut saya akan membantu siswa dalam memahami matematika. Belajar tidak hanya di kelas mencegah kebosanan siswa. Posisi duduk melingkar seperti yang diajarkan Pak Marsigit akan lebih mengkondusifkan proses belajar karena siswa akan cenderung memusatkan perhatian di titik sentral yaitu pada sumber belajar.
f. Digantinya kurikulum berbasis KTSP dengan KBKS saya rasa mampu mewakili kebutusan siswa dalam belajar matematika karena mampu memberikan kebebasan dalam berpikir matematika.
g. Dihapusnya UAN sebagai satu-satunya alat evaluasi matematika akan lebih memberikan keadilan bagi siswa dalam menilai kemampuan secara akurat. Sebaiknya UAN diganti dengan PRONASMINRASA (Program Nasional Menumbuhkan Minat dan Rasa Senang Belajar) yang benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa secara akurat dan tidak menimbulkan momok di kalangan siswa. Evaluasi sebaiknya tidak hanya diukur menggunakan soal pilihan ganda, karena ada aspek-aspek dalam matematika yang terabaikan.
h. Penggalakkan disiplin dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan budaya Sehat dan Bersih dalam Pendidikan Matematika akan menguntungkan banyak pihak. Pendidikan matematika yang jujur, bersih dari aksi korupsi akan meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia terutama dalam pendidikan matematika itu sendiri.
5. Berikut skema yang menggambarkan hubungan antara fenomena, tesis, dan anti tesis dalam proses belajar-mengajar matematika


6. Kesimpulan:
Menurut saya, dunia pendidikan matematika inovatif dan kontemporer secara ekstensive dan intensive adalah memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Menempatkan siswa sebagai SUBJEK belajar sesuai hakekat siswa
b. Menerapkan strategi, model, dan metode pembelajaran yang inovatif yang melibatkan partisipasi siswa baik fisik maupun mental
c. Adalah matematika kontruktivisme bukan absolutisme
d. Mampu memanfaatkan alam dan isinya sebagai sarana dan alat bantu mengajar
e. Mampu menciptakan suasana dan iklim belajar yang kondusif dan menyenangkan siswa untuk belajar matematika
f. Menerapkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa seperti KBKS
g. Menggunakan alat evaluasi matematika yang mampu mengukur kemampuan siswa secara akuarat tanpa membebankan pikiran siswa
h. Dunia pendidikan matematika yang Sehat dan Bersih dari tindak kecurangan

Wednesday, June 1, 2011

MY REFLECTION IN PHILOSOFY OF MATHEMATICS EDUCATION

The Last Meeting by Mr. Marsigit

Thank a lot to Mr. Marsigit...

Tak terasa satu semester sudah aku belajar filsafat bersama Pak Marsigit. Dalam waktu yang singkat ini,saya mendapatkan banyak hal yang baru. Secara pribadi saya merasa menemukan jati diri saya sendiri. Pikiranku adalah duniaku ala Socrates yang Bapak ajarkan dalam perkuliahan telah memberikan inspirasi bagi saya bagaimana menghargai diri, dan mencoba memahami diri sendiri sebelum bisa memahami dunia. Melalui tulisan ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang diberikan Bapak kepada saya. Walaupun saya bukan seorang muslim,setelah belajar filsafat saya semakin sadar pentingnya agama sebagai foundation of my life, seperti yang bapak ajarkan dalam perkuliahan filsafat. Berbagai macam goncangan sering saya alami dalam perkuliahan filsafat, namun dengan adanya goncangan itu saya menemukan suatu keyakinan dan kemantapan dalam menjalani hidup. Sekali lagi, terima kasih banyak Pak Marsigit.

Akhir-akhir ini saya menemukan banyak sekali orang-orang yang berpendidikan cukup tinggi namun masih terjurumus pada mitos, dan belum mencapai logos. Kebanyakan dari mereka hanya menggandalkan logika dan pikiran dalam menghadapi permasalahan karena dalam pendidikan yang mereka jalani, mereka dituntut untuk mengembangkan daya analisis dan kemampuan pikiran/logika. Saya berharap dengan perkuliahan ini saya tidak hanya mengandalkan logika dan pikiran semata, namun dapat menyeimbangkan hati dan pikiran dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Terima kasih atas bimbingannya...

Flash back selama satu semester, ketidaksantunanku pada filsafat mengajarkan bagaimana seharusnya bersikap dan menyikapi kehidupan di dunia khususnya dunia pendidikan matematika. Elegi permohonan maaf atas arogansi filsafatku yang tidak menyebutkan gelar, berbicara tidak sesuai kapasitas membuka mataku bahwa hidup membutuhkan suatu perjuangan keras. Berbicara sesuai kapasitas itu membutuhkan perjuangan. Karakteristik orang berbeda-beda, usia manusia pun juga berbeda sehingga ketika berbicara pun mempunyai kapasitas yang berbeda pula. Seiring berjalannya waktu orang mengetahui jati diri orang lain sehingga ketika melakukan suatu hal akan menimbulkan resiko, dan tantangan. Karena perbedaan jati diri terhadap orang lain, kadang untuk mengambil suatu keputusan menimbukan kontroversi dalam diri, hidup, dan kehidupan itu sendiri seperti yang dicontohkan oleh Pak Marsigit mengenai Pak Wono pejabat BSNP yang meminta pendapat mengenai BSNP yang menyebabkan kontroversi. Dalam BSNP yang menangani pendidikan seharusnya mementingkan pendidikan itu sendiri. Sebagai contoh adanya Standar Isi yang menyebabkan kontroversial. Pendidikan seharusnya mengedepankan subjek pendidikan yang tak lain adalah siswa, tetapi kenyataannya dengan adanya Standar Isi, siswa yang harus menyesuaikan diri dan seakan-akan dipaksa untuk menaati segala macam pasal-pasal yang ada di Standar Isi. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa, karena kekuatan pendidikan matematika itu ada dalam sosio-construc matematika dalam diri siswa yang akan muncul secara alami dan berkembang dalam pikiran siswa tidak bisa diatur-atur menggunakan pasal dalam BSNP. Itulah salah satu hal yang menyebabkan BSNP tidak sesuai dengan hakekat belajar-mengajar, hakekat siswa, hakekat pendidikan, hakekat matematika,maupun hakekat pendidikan matematika.Dalam hakekat matematika, matematika itu mengandung kontradiksi terkait kedudukan matematika sebagai ilmu itu sendiri.

Filsafat mengajarkan bahwa berfikir parsial itu berbahaya. Dalam transformasi dunia, ketika kita berbicara suatu hal masih ada separuh dunia lain yang tidak aku bicarakan. Orang filsafat hendaknya berpikiran luas, karena masih banyak hal yang masih belum dipelajari tentang dunia. Dalam transformasi dunia terdapat manusia yang tetap kedudukannya yaitu sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Berpikir kritis sangat diperlukan untuk membangun dunia agar tidak terjebak dalam bahaya berpikir parsial. Seperti dalam elegi “Hantu RSBI”, siswa terjebak dalam bahaya berpikir parsial sehingga yang ada dalam pikiran hanyalah seputar masalah kematian sampai presensipun tertulis R.I.P ( Rest in Peace).

Filsafat pendidikan matematika menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, misalnya dengan memakai analogi kalimat matematika untuk menggambarkan kehidupan manusia dalam berhubungan dengan Tuhan.

Suatu bilangan misal A dibagi tak hingga yang dalam matematika dikenal sebagai A/~ = 0 mengilustrasikan seberapa besar dan banyaknya dosa manusia sampai tak hingga banyaknya akan tetap diampuni oleh Tuhan, sehingga dosa manusai dianggap tidak ada. A menggambarkan keesaan Tuhan ( Tuhan itu satu), tak hingga menggambarkan dosa manusia yang begitu banyak namun dengan meminta maaf dan mohon ampun pada Tuhan, dosa kita akan dihapuskan oleh Tuhan yaitu nol (0).
X0=1, menggambarkan setinggi-tingginya derajat manusia masih lebih tinggi derajat orang yang ikhlas.

Banyak hal yang dapat dipelajari dalam filsafat pendidikan matematika yang berhubungan dengan dunia pendidikan matematika itu sendiri, seperti hekekat siswa sebagai yang ada, pengada, dan mengada mengajarkan kelak sebagi pendidik hendaknya memperlakukan siswa sebagai subjek pendidikan. Siswa mempunyai ketrampilan untuk melakukan transformasi dunia, salah satunya dengan menyadari bahwa siswa itu tak lain adalah researcher matematika. Guru berkedudukan sebagai fasilitator siswa yang mampu menunjang siswa untuk matematika dalam dirinya sehingga siswa menyadari bahwa matematika itu tak lain adalah dirinya sendiri.

Dari uraian di atas, terlihat betapa banyak manfaat yang diperoleh dengan mempelajari filsafat pendidikan matematika karena akan berguna bagi dunia pendidikan matematika sendiri yang akan digeluti oleh mahasiswa calon pendidik kelak, maupun bagi kehidupan pada umumnya.

Setinggi-tinggi filsafat belajar matematika adalah jika sampai pada keadaan di mana siswa sendirilah yang menjadi matematika itu sendiri.
Kalimat terakhir itu akan saya ingat dan saya gunakan dalam menggajar kelak Pak, sekali terima kasih banyak Pak Marsigit.

Wednesday, May 25, 2011

Sumbu Transformasi Dunia

Perkuliahan oleh Pak Marsigit

Filsafat mempelajari dunia, karena dalam berfilsafat orang menerjemahkan dunia. Filsafat bisa mengandaikan dunia seperti sumbu-sumbu yang saling berpotongan pada suatu titik potong yang merupakan titik tengah masing-masing sumbu yang aku beri nama sumbu transformasi dunia. Pada sumbu tersebut setiap ujung yang satu dan ujung yang lain saling bertolak belakang, karena satu ujung setiap sumbu merupkan separuh dunia dan ujung yang lain merupakan separuh dunia yang lain. Hal ini menggambarkan segala bahwa segala sesuatu di dunia ini saling berhubungan demikian juga dengan filsafat.
Ada sumbu ontologi di mana satu ujung terdapat hal yang ada, berfikir intensif, dan berfikir ekstensif. Sedangkan ujung sumbu yang lain memuat hal yang tidak ada , tidak berfikir intensif, dan tidak berfikir ekstensif. Selain ontologi, dalam filsafat juga terdapat epistemologi dan aksiologi. Sumbu epistemologi menghubungkan sesuatu yang benar dan mempunyai sumber pada salah satu ujung dengan sesuatu yang salah dan tak bersumber pada ujung yang lain. Sumbu aksiologi menghubungkan etik dan kebaikan dengan tidak etik dan ketidakbaikan. Selain sumbu ontologi, epistemologi, dan aksiologi masih dapat dibuat sumbu yang lain. Diantaranya, sumbu vital-fatal, subyek-predikat, subyek-obyek, logos-mitos, untung-bejo,ada-pengada-mengada, yang akan datang-sekarang-masa lalu, dan masih banyak lagi. Sumbu-sumbu tersebut salah satu hasil berfilsafat yang mempelajari dunia, karena dipelajari dalam filsafat yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk juga dalam pendidikan matematika.
Filsafat dan filsafat pendidikan matematika saling berinteraksi, teori-teori yang dipelajari dalam filsafat dan filsafat pendidikan matematika akan digunakan dan diterapkan dalam proses pembelajaran matematika karena filsafat itu bersifat kontekstual, alami, komunikatif, dan natural. Dalam dunia pendidikan pun dapat dibuat sumbu transormasi dunia seperti yang ada dalam filsafat, misalnya sumbu antara guru dengan siswa. Jika terdapat guru maka akan ada siswa yaitu hubungan antara pendidik dengan peserta didik. Dapat juga dibuat sumbu yang menghubungkan ilmu dengan terapannya, seperti matematika dan aplikasinya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Filsafat dan pendidikan matematika pun dapat dibuat suatu sumbu ang menggambarkan filsafat dan peranan filsafat dalam pendidikan matematika. Hal ini mungkin terjadi, karena filsafat adalah pikiranku, dunia adalah pikiranku, dan duniaku adalah pendidikan matematika maka filsafatku adalah seputar filsafat pendidikan ma. Dapat juga dibuat sumbu yang menghubungkan ilmu dengan terapannya, seperti matematika dan aplikasinya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Filsafat dan pendidikan matematika pun dapat dibuat suatu sumbu ang menggambarkan filsafat dan peranan filsafat dalam pendidikan matematika. Hal ini mungkin terjadi, karena filsafat adalah pikiranku, dunia adalah pikiranku, dan duniaku adalah pendidikan matematika maka filsafatku adalah seputar filsafat pendidikan matematika.
Dari beberapa sumbu transformasi dunia beberapa akan aku uraikan sebagai berikut.
Sumbu waktu ; masa lampau- kini- yang akan datang. Segala hal yang terjadi di masa lampau sering dikenal sebagai sejarah, ang terjadi saat ini merupakan kenyataan, dan yang akan terjadi di masa mendatang merupakan suatu prediksi. Filsafat juga mensejarah, artinya filsafat sekarang (saat ini ) dan filsafat yang akan datang mempelajari filsafat masa lampau. Sebagai contoh, filsafat yang sedang berlangsung saat ini merupakan filsafat kontemporer / powernow / post post modern yang mempelajari pemikiran para filsuf pada masa lalu entah itu zaman Yunani yang dikenal sebagai filsafat alam, zaman metafisik manusia, zaman etik-estetika, zaman gelap, dan zaman pencerahan atau modern. Para filsuf diantaranya Thales, Socrates, Plato, Aristoteles, Rene Descrates, Spinoza-Leibniz, David Hume, John Locke, Immanuel Kant, Barkely, dan Auguste Comte meerupakan tokoh-tokoh pada masa lalu zaman sebelum kontemporer namun dalam filsafat para filsuf tersebut masih dipelajari sampai sekarang. Namun demikian ada juga filsafat yang tidak menagkui adanya masa datang yaitu kaum foundamentalist. Kaum ini mempercayai bahwa masa lalu tidak menentukan hal-hal yang terjadi saat ini dan yang akan datang karena mereka mengilangkan karakter yang telah ada sebelumnya secara semena-mena. Kaum foundementalis sangat berbahaya. Begitu juga dalam pendidikan matematika dunia pendidikan matematika menggunakan sumbu waktu. Adanya kurikulum yang ada saat ini yaitu KTSP harapannya merupakan penyempurnaan dan perbaikan dari kurikulum sebelum-sebelumnya.
Sumbu vital-fatal menghubungkan antara hidup yang 100% tergantung pada nasib (fatal) dan 100% pada ikhtiar (vital). Keduanya tidak bisa dibedakan karena adanya fital dan vatal bukan untuk dibedakan namun untuk saling melengkapai. Sebagai contoh,dalam hidupku sehari-hari sebagai mahasiswa, selain berdoa pasrah kepada Tuhan (nasib) aku juga harus berusaha untuk menjadi mahasiswa yang baik dalam spiritual, emotional, dan quantitas. Jadi untuk mencapai keseimbangan hidup aku hidup diantara vital dan fatal.
Sumbu subyektif-obyektif merupakan penghubung keaadan / pandangan sebenarnya / sesuai dengan kenyataan dengan pandangan menurut setiap individu yang tidak menutup kemunginan terdapat perbedaan. Filsafat obyektif mengakui adanya Tuhan sebagai kausa prima namun juga subjektif karena dalam filsafat mempelajari pemikiran para filsuf yang menghasilkan pemikiran yang berbeda-beda karena pikiranku adalah filsafatku. Dalam pendidikan matematika terdapat penilaian obyektif dan penilaian secara subyektif. Penilaian obyektif biasanya digunakan untuk menilai soal pilihan ganda sedangkan penilaian subyektif digunakan untuk menilai soal bentuk uraian. Soal bentuk uraian dinilai secara subyektif karena penilaian ini didasarkan oleh masing-masing guru yang mengajar di mana jawaban siswa yang satu berbeda dengan siswa yang lainnya. Jadi dapat dikatakan bahwa penilaian subyektif tidak dapat dihilangkan dalam dunia pendidikan matematika karena penilaian ini sesuai dengan bentuk soal tertentu yang digunakan dalam pendidikan matematika.
Selain dengan sumbu-sumbu yang telah disebutkan sebelumnya di atas, aku ingin menambah beberapa sumbu, yaitu sumbu pertanyaan-jawaban, sumbu rencana-usaha-hasil, dan sumbu harapan-kenyataan
Sumbu pertanyaan-jawaban. Ada filsuf yang mengatakan sebenar-benarnya ilmuku adalah saat aku bertanya. Hal ini menggambarkan bahwa dalam kehidupan manusia menemukan banyak hal yang belum mereka pahami. Dengan sifat keingintahuan yang dimilikinya, manusia mencoba untuk menemukan jawaban dari ketidaktahuaannya dengan bertanya. Demikian juga dalam matematika, beberapa siswa yang kritis selalu bertanya kepada guru untuk mendapatkan jawaban sehingga memperoleh suatu kejelasan dari materi yang belum ia tahu. Matematika juga menerapkan latihan soal berupa pertanyaan yang ditujukan kepada siswa kemudian siswa mengerjakan soal tersebut dan diperoleh jawaban untuk mengukur kemampuan dan pemahaman siswa sehingga memudahkan guru dalam memberikan penilaian. Namun demikian kembali dalam kehidupan, tidak semua pertanyaan memerlukan jawaban. Seperti “ mengapa kulit kamu hitam?” merupakan pertanyaan yang tidak perlu dijawab walaupun pertanyaan itu ada jawabannya.
Sumbu rencana-usaha-hasil menggambarkan hubungan antara rencana, usaha dan hasil dari kerja manusia. Dengan rencana yang telah dibuat manusia akan berusaha untuk mewujudkannya sehingga dengan usaha yang telah dilakukan, manusia akan memperoleh hasil. Sering apa yang telah aku rencanakan tidak sesuai dengan kenyataan. Aku telah berusaha melakukan segala hal yang aku rencanakan namun hasilnya tidak sesuai dengan apa diharapkan. Inilah salah satu sifat keterbatasan manusia. Manusia hanya mampu berencana dan berusaha namun tidak mampu menentukan nasib dan hasil yang akan diperoleh. Hanya Tuhan yang berkuasa sepenuhnya atas diri manusia termasuk juga diriku dan hasil yang aku peroleh. Oleh sebab itu satu-satunya usaha agar usaha kita sesuai dengan hasil yang kita harapkan adalah berdoa memohon petunjuk kepada Tuhan.
Sumbu harapan-kenyataan menggambarkan suatu harapan yang ada dalam pikiran manusia dan kenyataan yang terjadi sebenarnya. Kadang kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Keterbatasan manusia tidak dapat mengatur apa yang terjadi sebenarnya karena manusia hanya mampu mengatakan apa yang seharusnya terjadi tanpa bisa mewujudkannya. Oleh karena berharaplah pada Tuhan agar kenyataan yang terjadi sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Friday, May 6, 2011

Rewrite Kegiatan Para Socrates Pendidikan Matematika Subsidi 2008

Perkuliahan oleh Bapak Marsigit

“ Sebenar-benar diriku adalah pertanyaanku ” ungkapan itu dicetuskan oleh filsuf dunia yang tak lain adalah Socrates. Musuh para sophis yang paling sengit ini mengembangkan metode tanya jawab untuk menyelidiki yang menginspirasi banyak orang termasuk Bapak Marsigit, dosen filsafat UNY yang juga mengajar filsafat kelas Pendidikan Matematika Subsidi 2008. Bagaimana Pak Marsigit terinspirasi Socrates? Elegi-elegi yang ditulis dalam blog powermathematics.blogspot.com megambil tokoh orang tua berambut putih sebagai tokoh penjawab dari segala pertanyaan yang ada dalam setiap elegi. Isi dalam elegi yang ditulis tak jarang mengajak para mahasiswa untuk tak jemu-jemu bertanya karena beliau mengganggap sebesar-besar ilmumu adalah ketika kamu bertanya. Dalam perkuliahan filsafat yang telah berjalan kurang lebih dua-pertiga semester ini, Pak Marsigit selalu mengajak mahasiswanya untuk membuat pertanyaan yang ditulis dalam selembar kertas. Berawal dari inspirasi itulah, perkuliaahan filsafat pada hari Kamis, 5 Mei 2011 diisi dengan tanya jawab yang oleh para Socrates pendidikan matematia subsidi 2008.

Socrates I, Filsafat adalah ilmu yang mempelajari hakekat, jika segala sesuatu mempunyai hakekat siapakah yang mempelajari hakekat dari filsafat?
Terkait pilar dalam filsafat yaitu ontologi, epistemologi,dan aksiologi, terdapat hubungan antara masing-masing pilar dalam filsafat.
Ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat. Epistemologi ilmu yang mampelajari tentang sumber-sumber dan cara-cara dari mana sesuatu itu ada sedangkan aksiologi mempelajari kebenaran, etik-estetika, dan spiritual.
Ontologi
Ontologi-ontologi berarti mempelajari hakekat dari segala hakekat yang bisa dipelajari oleh siapa saja termasuk mahasiswa yang sedang belajar berfilsafat. Kegiatan berfikir ontologi-ontologi dapat diartikan mempelajari pikiran dari pikiran yang ada, oleh karena itu kegiatan ini disebut metafisik mempelajari dibalik penampakan yang ada.
Ontologi-epistemologi mempelajari hakekat dari sumber-sumber dan cara- cara yang ada.
Ontologi-aksiologi mempelajari hakekat etik-estetika dan spiriual yang biasanya dipelajari oleh guru spiritual.
Epistemologi
Epistemologi-ontologi mempelajari sumber-sumber dan cara-cara yang benar, manfaatnya untuk menghargai hakekat yang dimiliki orang lain dengan cara memberikan kebebasan setiap orang. Bagaimana cara guru dalam mendidik peserta didik yang benar sesuai dengan hakekat mendidik? Itu adalah salah satu contoh epistemologi-ontologi.
Epistemologi-epistemologi mempelajari kebenaran dari metode-metode yang ada.
Epistemologi-aksiologi mempelajari sumber-sumber etika-estetika dan spiritual yang dapat dipandang sebagai objek, nilai, maupun hakekat.
Aksiologi
Aksiologi-ontologi mengajarkan untuk beribadah sesuai dengan tempatnya karena aksiologi-ontologi mempelajari hakekat dari etik-estetika dan spiritual yang ada.
Aksiologi-epistemologi mengajarkan bagaimana mengkritisi cara dan kebenaran dari metode.
Aksiologi-aksiologi berbicara tentang etik secara etik, seperti yang dilakukan oleh kyai yang berwejangan kepada mempelai dalam pesta perkawinan.

Socrates II, Bagaimana mengajak teman yang muslim untuk sholat?
Dimensi komunikasi manusia mempunyai empat tingkatan dari bawah ke atas, yaitu material, formal, normatif, dan spiritual. Mengajak sholat merupakan dimensi komunikasi paling atas yaitu komunikasi spiritual yang dilakukan oleh manusia kepada Tuhan. Oleh karena itu mengajak untuk sholat bukan merupakan hal yang mudah. Karena mengajak tidak hanya memberi tahu, namun juga dituntut memberikan keteladanan agar dapat mengajak untuk melakukan seperti yang dilakukan diri sendiri. Untuk itu sebaiknya mencari guru spiritual yang dapat membantu menyelesaikan permasalahn tersebut.

Socrates III, Seberapa besar peran krusial filsafat dalam membangun perubahan bangsa menjadi lebih baik?
Filsafat akan krusial jika ada penguasa bangsa yang memanfaatkan filsafat untuk mengeksploitasi orang lain. Termasuk juga dalam menerapkan pendidikan karakter yang saat ini sedang membooming di Indonesia. Pendidikan karakter tidak dapat memaksa karakter peserta didik seenak guru yang mengajar, karena karakter yang diterapkan kepada siswa harus sesuai dengan aspek yang ingin dikembangkan dalam suatu pelajaran. Cara memahami karakter siswa adalah dengan cara komunikasi. Karakter adalah dari siapa untuk siapa, artinya setiap orang di dunia ini mempunyai karakter. Pencopet yang ingin mencopet pun harus mencari karakter yang penakut, tidak mudah melawan, dan pasti mempunyai uang banyak agar usaha mencopet berhasil.
Socrates IV, Kompetisi dalang cilik apakah cocok menjadi konsumsi orang dewasa terkait dengan nilai-nilai moral yang diajarkan dari budaya wayang kulit?
Wayang kulit merupakan salah satu media untuk mengajarkan nilai-nilai moral kepada masyarakat terutama orang dewasa. Wayang kulit akan berfungsi sebagai mana mestinya jika dalang mampu untuk memberi dan menyampaikan pesan moral melalui kisah pewayangan yang mainkannya. Dalang dikatakan mampu jika mampu meniru permainan pewayangan sekaligus mempunyai pengalaman moral untuk disampaikan kepada masyarakat. Sedangkan dalang cilik hanya mampu meniru kebiasaan dari orang dewasa tanpa mengetahi makna dari apa yang disampaikannya melalui mendalang. Sebatas hiburan, dalang cilik dapat dikonsumsi oleh siapapun.

Socrates V, Bagaimana cara menghilangkan rasa panik dan gugup?
Manusia mempunyai keterbatasan termasuk mengendalikan dirinya untuk tidak panik dan gugup. Cara mengendalikan diri adalah dengan berdoa secara kusyuk dan berserah diri kepada Tuhan. Selain itu mencari guru spiritual yang tepat yang tidak hanya memberi tahu namun juga dapat menuntun merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi rasa panik dan gugup.
Sorates VI, Apa hubungannya filsafat dengan sejarah?
Filsafat terkait dengan ruang dan waktu mempelajari segala hal yang ada dan yang mungkin ada di masa lampau, sekarang, dan di waktu mendatang. Sedangkan sejarah mempelajari hal-hal yang ada di masa lampau melalui bukti-bukti yang ada.
Socrates VII, Filsafat gending jawa itu termasuk filsafat apa?
Filsafat gending jawa merupakan filsafat harmonik. Harmonik merupakan salah satu hal yang sadar ruang dan waktu. Gending jawa mempunyai 50 ragam yang berbeda-beda mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda pula namun mampu menyatu secara harmonik sehingga mampu menciptakan sebuah gendhing jawa yang enak dinikmati orang. Kendang dan gong mempunyai karakter bunyi yang berbeda, perannya pun berbeda. Kendang berfungsi mengendalikan ritme sedangkan gong menjaga ritme dan mengakhiri sebuah gendhing. Kendang dan gong dengan perbedaannya secara bersama-sama menyatu dalam membentuk sebuah gending jawa. Itulah keharminikan dari filsafat gendhing jawa.
Socrates VIII, Bagaimana Syeh Siti Jenar menganggap dirinya sebagai Tuhan?
Sebenar-benar manusia adalah yang mampu menyadari dirinya sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan. Dan satu-satunya kesempurnaan di dunia ini hanya dan hanya dimiliki oleh Tuhan. Oleh karena itu Syeh Siti Jenar bisa menganggap dirinya sebagai Tuhan karena ia temakan oleh kesombongannya.
Socrates IX, Bagaimana kita termasuk dalam golongan orang yang bijaksana?
Tesis filsafat dari Pak Marsigit menganggap sebenar-benar bijaksana adalah Tuhan. Orang bijaksana dalam filsafat ibarat orang berilmu yang mampu menerapkan ilmunya dalam kehidupan kepada sesama.

Socrates X, Bagaimana filsafat menjunjung ruang dan waktu?
Filsafat tidak menjunjung ruang dan waktu namun filsafat menghargai ruang dan waktu. Karena menjungjung ruang dan waktu berarti tidak mengabaikan waktu di manapun manusia berada. Filsafat tidak dapat tidak mengabaikan ruang dan waktu karena dalam hidup, manusia mempunyai pilihan untuk hidup di suatu tempat tertentu dengan waktu di tempat tersebut. Jadi filsafat bukan menjunjung ruang dan waktu namun menghargai ruang dan waktu.
Demikian tanya jawab Bapak Elegi dengan para Socrates Pendidikan Matematika Subsidi 2008 yang saya tangkap. Mengingat keterbatasan manusia masih banyak hal-hal yang menyebabkan tulisan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mohon bimbingan dari Bapak / Saudara pembaca. Bila banyak kesalahan dalam tulisan ini, saya mohon maaf. Terima kasih.

Wednesday, April 27, 2011

Seputar Filsafat Matematika dan Filsafat Pendidikan Matematika

Perkuliahan oleh Bapak Marsigit

Objek kajian filsafat begitu luas karena meliputi hal yang ada dan yang mungkin ada, sehingga munculah filsafat matematika dan pendidikan matematika yang saat ini sedang dipelajari oleh mahasiswa Pendidikan Matematika S1 UNY angkatan 2008.
Naumena dan fenomena, dua hal yang bertolakk belakang. Naumena ( transenden ) merupakan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan sedangkan fenomena adalah sesuatu yang dapat dijelaskan. Matematika ada sejak zaman dahulu kala, namun baru nampak sebagai fenomena ketika ada bangsa Mesir, yang saat itu matematika diterapkan pada alat ukur ketinggian tanah.
Seiring perkembangan peradaban manusia seputar matematika, pada zaman Yunani muncul aktivitas abstraksi dan idealisasi yang menghasilkan bukti. Dengan kemampuan yang diberikan dari Tuhan, manusia mampu berpikir. Pikiran manusia berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua. Apabila segala sesuatu yang dipikirkan manusia berupa ide yang ada di pikirannya, maka pemikiran tersebut bersifat tetap. Penganut pemikiran yang demikian adalah Permenides. Sebaliknya, jika pemikiran manusia sesuai dengan kenyataan dan tidak hanya ada dalam pikirannya saja maka pemikirannya bersifat berubah. Penganut pemikiran yang bersifat berubah adalah Heraclitos.
Seperti ilmu – ilmu lainnya, matematika mempunyai fundamen ( dasar ) , yaitu mempunyai sistem, struktur, dan bangunan. Dari wujudnya, matematika bisa tunggal, dual, multi, atau pluralisme. Dilihat dari sifatnya, matematika bersifat absolut dan relatif. Matematika mempunyai tiga kajian pokok, yaitu ontologi, epistemologi,dan aksiologi. Matematika yang demikian disebut fenomena matematika. Dalam berfikir matematika juga terdapat berfikir intensif dan ekstensif. Fundamen, wujud, sifat dan terutama objek kajian matematika sama seperti yang dipelajari dalam filsafat, sehingga dari matematika pun dapat dipelajari filsafat matematika dan filsafat pendidikan matematika.
Seperti para filsuf dalam filsafat, matematika juga mempunyai tokoh – tokoh yang terkenal dengan pemikirannya di seluruh dunia. Hilbert, adalah Bapak Matematika seluruh dunia. Hilbert menganut aliran Fondamentalis, Formalist, dan Aksiomalist. Selain Hilbert, ada tokoh lain, seperti Rigor yang Apodiktik, konsisten, tunggal, dan pasti. Pemikiran tokoh matematika yang demikian terbebas dari ruang dan waktu. Selain itu dapat dikatakan juga matematika juga bersifat koheren, mempunyai identitas, bersifat absolut, dan konsisten.
Matematika juga dapat terikat oleh ruang dan waktu jika berbicara seputar matematika sekolah. Mengapa? Karena di sekolah matematika bersifat kontradiktif, relatif, plural, dan korespondensi. Dalam dunia sekolah, terdapat UAN yang bersifat kontradiktif. Di satu sisi, ada pihak – pihak yang yang menganut paham absolut dengan memandang UAN sebagai satu-satunya alat penguasa pendidikan yang menentukan kelulusan dan kualitas peserta didik. Di sisi lain, terdapat pihak – pihak yang menganut kontruktivisme yang lebih mengedepankan kebebasan berpikir bagi peserta didik. Melihat hal yang demikian seharusnya negara ini melalukukan suatu revolusi pendidikan seperti yang dicontohkan Bapak Marsigit melalui surat terbuka kepada presiden.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari matematika dan pendidikan matematika. Dari segi realistik, matematika dibedakan menjadi empat bagian. Bagian paling dasar ( tingkat rendah ) matematika berupa benda konkrit seperti yang dipelajari anak seusia SD. Di atasnya ada matematika sebagai skema yang dipelajari oleh anak seusia SD – SMP. Tingkat ke-3 ada matematika sebagai model yang dipelajari oleh anak seusia SMP – SMA. Dan tingkatan terakhir yaitu tingkatan paling atas, menganggap matematika sebagai hal yang abstrak atau formal yang dipelajari oleh usia SMA atau di perguruan tinggi. Selain dari segi realistik matematika yang dianut oleh Bapak Sembiring dari ITB, matematika juga juga dapat dilihat dari segi hakekatnya, subjeknya, dan cara berfikir matematika seperti berfikir secara induktif dan deduktif.
Dengan belajar filsafat matematika dan pendidikan matematika akan sangat membantu para calon pendidik untuk mengajarkan matematika yang menyenangkan bagi peserta didik kelak.

Monday, April 11, 2011

MENERJEMAHKAN DAN DITERJEMAHKAN Berawal dari Sebuah Titik untuk Dunia

Filsafat Pendidikan Matematika
Perkuliahan oleh : Pak Marsigit

Berfilsafat, berarti belajar untuk menjelaskan dan mencari penjelasan, mencoba menerjemahkan dan diterjemahkan.

Manusia merupakan salah satu objek sekaligus subjek filsafat karena manusia benar adanya dan dengan akal yang dimilikinya ia bisa memikirkan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Manusia mempunyai potensi, diantaranya potensi untuk berabstraksi dan beranalogi.Manusia hidup di bumi, oleh karena itu manusia mencoba berabstraksi tentang bumi, memikirkan bumi, menganalogikan bumi bisa hanya dengan sebuah titik karena bumi bergerak dalam ruang dan waktu. Titik bisa menjadi sebuah analogi dan sebagai hasil abstraksi karena titik juga bergerak dalam ruang dan waktu. Marilah kita berdiskusi seputar titik.
Titik suatu hal yang amat kecil namun dari hal yang kecil itu banyak sesuatu yang dapat kita pelajari. Ketika aku memikirkan tentang titik, maka aku menjadikan titik sebagai objek di dalam pikiran, dan di luar itu maka titik sebagai objek di luar pikiran. Terkait ruang dan waktu titik bisa ada di masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Dilihat dari keberadaanya titik bisa menjadi potensi sekaligus fakta.
Titik bisa mewakili tanah dan kota (sering digunakan dalam goegrafi), titika dapat merupakan dot yang mewakili perkalian, bahakan titik bisa mewakili seseorang. Kesadaran manusia untuk sebuah titik membuat titik menjadi bermakna.
Titik dapat diubah menjadi garis karena dari dua buah titik yang dihubungkan akan terbentuk garis lurus. Jika ada himpunan titik-titik yang berjarak sama pada suatu tititk tertentu akan diperoleh suatu lingkaran dengan cara menghubungan himpunan titik-titik tersebut. Selain menjadi garis dan lingkaran, titik bisa menjadi kubus, bola, bangun datar, dan sebagainya. Inilah yang disebut kegiatan abstraksi. Dalam berabstraksi titik merupakan suatu potensi yang akan menghasilkan garis, lingkaran, bangun datar, kubus, bola yang disebut sebagai fakta. Berabstraksi bisa menjadi hal yang mudah namun bisa menjadi rumit. Akan menjadi rumit jika dari sebuah titik manusia mencoba memahami dunia. Namun demikian, sifat ingin tahu manusia membuat manusia terus mencoba untuk memahami dan menerjemahkan dunia.
Selain berabstraksi manusia juga beranalogi untuk menerjemahkan dunia. Bumi mengelilingi matahari atau disebut revolusi. Dalam berevolusi bumi juga berputar pada porosnya (rotasi). Kegiatan manusia menerjemahkan bumi berevolusi dan berotasi adalah kegiatan beranalogi. Revolusi dan rotasi ada di dalam pikiran manusia, oleh karena itu bumi yang dipikirkan manusia itu baru setengah dunia. Itu artinya masih ada setengah bagian dunia yang lain. Berhubungan dengan teknologi, manusia mengembangkan konsep di pikirannya dengan mempelajari teori yang ada. Contohnya dalam matematika ada konsep statistika yang di dalamnya mempelajari kurva normal.
Setengah bagian bumi yang lain,kuva normal tidak digunkan dalam statistika namun digunakan untuk menggambarkan kehidupan manusia. Pada kurva normal bagian pinggirnya menunjukkan manusia yang bermasalah karena berbeda dengan kebiasaan umumnya. Manusia berusaha menjadi umum untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup dengan menjadi bagian dalam kurva bagian tengah (x = 0) dengan cara memahami dunia.
Hidup manusia merupakan bagian dari dunia. Masalah kehidupan juga merupakan bagian dari dunia. Jangan lelah untuk belajar karena masih banyak hal yang perlu dipelajari untuk memahami dunia. Berfilsafat merupakan kegiatan untuk menjelaskan dan mencari penjelasan, juga mengenai dunia. Jangan lelah untuk berfilsafat jika ingin memahami dunia. Semoga dengan berfilsafat kita mampu belajar tentang dunia.

Monday, December 28, 2009

The Power of Category and Networking

Human is the highest creature in the world. We can state it, because human has brains that have a function to think things. Other creatures also have brains, but that creatures not use that brain to think. Brains of human will to translate all things that human sees, human hears, human feels and human tastes. According to Emanuel Kant (1771) in the human mind, there are four works to translate things.
1. Qualitative
2. Quantitative
3. Category
4. Relationship


That works also used in mathematical thinking. Mathematicians also need other process to processing data in their minds. Mathematicians done abstraction and idealization in mathematical thinking, only take some characters or conditions. For example, “Five”, we as mathematicians only study the value of five and not with the color or form of five. After we do abstraction and idealization, the data will enter to EPOCHE. Abstraction and idealization are limited by space and time dimension. It creates awareness and intention. Awareness and intention included mathematics education phenomena. Mathematics education phenomena are very large. There is a science of teaching and learning phenomena of mathematics. Science of teaching-learning mathematics must be processed to create a work. Before we practice to create a work, we must look for some sources. We must read theory that getting reference from a book, journal, or research. We get a source it means that we have orientation to arrange a work. After we have orientation, we can do activity extensively, or intensively.

For example, we want to arrange a thesis. As a mathematics education we must attention some things. Prof. Katagiri said that we apply Mathematical thinking to our thesis. We must know about attitude of subject, method that will be used, and content of our thesis. It used in frame work and to get the nature of mathematics. The another, we also look other reference such as “The Nature of School Mathematics ( Ebutt & Scelen) “. In there explain that the nature of school math consist of three part. There are: pattern, problem solving, investigation, and communication. Mathematical thinking determines the nature of school math. From that relationship we get syntactic. Next we analyze the syntactic to get evidence. Addition we need instrument to do observation and question. We can get instrument for networking and category. The result of observation will be arrange and processing to be a conclusion. After we conclude our thesis, it means we have finished our thesis.